
✍🏻 Penulis: Selpi Anjas Sari
Perang Badar merupakan salah satu peristiwa yang sangat berpengaruh dalam mengubah peta kekuatan bagi kaum Muslimin karena perang ini merupakan kemenangan pertama bagi umat Islam. Perang Badar terjadi pada tanggal 17 Ramadan tahun ke-2 Hijriyah.
⏳ Latar Belakang Peperangan
Kaum Muslimin telah Allah Subhanahu Wa Ta’ala izinkan untuk melawan kezaliman yang menimpa diri mereka, jika mereka merasa mampu untuk melakukannya.
Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:
وَلَمَنِ انْتَصَرَ بَعْدَ ظُلْمِهٖ فَاُولٰۤىِٕكَ مَا عَلَيْهِمْ مِّنْ سَبِيْلٍۗ ٤١
“Dan sesungguhnya orang-orang yang membela diri sesudah teraniaya, tidak ada satu dosapun terhadap mereka.” (QS. As-Shura: 41).
Orang-orang kafir Mekkah adalah yang terus menerus menimpakan kezaliman kepada kaum Muslimin, satu-satunya cara untuk melawan kezaliman mereka adalah dengan menyerang kafilah dagang kaum Quraisy yang sedang menuju negeri Syam, yang mana pada saat itu kafilah ini hanya dikawal oleh sekitar 40 orang. Penyergapan tersebut adalah sebagai ganti atas harta kaum Muhajirin yang dirampas oleh orang-orang kafir Mekkah, namun kaum Muslimin gagal menghadang kafilah Quraisy saat keberangkatan dari Mekkah menuju Syam, tetapi setelah itu Rasulullah ﷺ bersama kaum Muslimin mengatur rencana untuk menghadang kembali kafilah Quraisy saat perjalanan pulang mereka dari Syam menuju Mekkah. Rasulullah ﷺ keluar dari Madinah mengarah ke Mekkah dengan membawa pasukan sekitar 313 hingga 317 orang dari kaum Muhajirin dan Anshar.
Saat itu kafilah Quraisy dipimpin oleh Abu Sufyan yang sangat cerdik dan berhati-hati, dia mendapat kabar bahwa nabi Muhammad ﷺ telah pergi bersama kaum Muslimin untuk menghadang kafilahnya. Kemudian Abu Sufyan mengutus seseorang untuk memberi tahu orang- orang Quraisy di Mekkah sekaligus memberi bantuan untuk menyelamatkan kafilah dagang mereka dan menghadapi Muhammad ﷺ berserta sahabat-sahabatnya. Saat itu juga orang-orang Quraisy bersiap-siap untuk perang, pasukan mereka berjumlah lebih dari 1000 orang.
Sampailah kabar ke pasukan Muslimin bahwa orang-orang Quraisy akan menyerang mereka, jumlah pasukan Quraisy yang berbanding jauh dari jumlah pasukan Muslimin menimbulkan keraguan di hati sebagian pasukan Muslimin. Namun hal itu tidak berlangsung lama, kaum Muslimin bertekad untuk terus maju ke depan menghadapi pasukan Quraisy tersebut dengan semangat dan keberanian.
⏳ Jalannya Peperangan Dan Momen Puncak
Kedua pasukan bertemu di lembah Badar pada tanggal 17 Ramadhan, lembah Badar merupakan tempat yang strategis karena terdapat banyak sumber mata air disana. Seorang sahabat menyarankan kepada Rasulullah ﷺ agar pasukan Muslimin menguasai sumber air itu dan menutup akses bagi pasukan Quraisy. Saran dan strategi ini pun disetujui oleh Rasulullah ﷺ dan terbukti sangat efektif untuk menyulitkan pasukan Quraisy.
Malam sebelum peperangan, Allah Subhanahu wa Ta’ala menurunkan hujan. Hujan ini menjadi penghambat pasukan Quraisy, berbeda dengan pasukan Muslimin justru hujan tersebut merupakan rahmat dan pertolongan dari Allah Subhanahu Wa Ta’ala untuk menghilangkan kegelisahan dan bisikan-bisikan setan dari mereka.
Pagi harinya Rasulullah ﷺ memimpin pasukan dibalik tenda yang sengaja dibuat untuk melindungi beliau. Dibalik tenda tersebut Rasulullah ﷺ terus-menerus berdoa untuk meminta pertolongan dan kemenangan bagi kaum Muslimin. Rasulullah ﷺ berkata: “Ya Allah, penuhilah bagiku apa yang Engkau janjikan kepadaku. Ya Allah, sesungguhnya aku mengingatkan-Mu akan sumpah dan janji-Mu.”
Perang dimulai dengan duel satu lawan satu, orang yang pertama kali menyulut api peperangan adalah Al-Aswad bin Abdul Asad Al-Makhzumi, seorang laki-laki yang buruk akhlaknya dan kasar. Kedatangannya tersebut disambut oleh Hamzah bin Abdul Muthalib, Hamzah langsung menyabetnya dengan pedangnya hingga betisnya terputus. Setelah itu keluar lagi tiga orang dari pasukan Quraisy yaitu Utbah bin Rabi’ah, Sya’ibah bin Rabi’ah, dan Al-Walid bin Utbah. Mereka berhadapan dengan Ubaidah bin Al-Harits, Hamzah, dan Ali.
Ketiga orang Quraisy tersebut mati ditangan Muslimin, kematian mereka merupakan tanda keburukan bagi mereka. Kemudian kemarahan pun bergejolak dan mereka langsung menyerang pasukan Muslimin dengan serentak dan membabi buta.
Rasulullah ﷺ berdoa lagi kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala seraya berkata, “ Ya Allah, jika pasukan ini hancur pada hari ini, Engkau tidak akan disembah lagi, ya Allah, kecuali jika memang Engkau menghendaki untuk tidak disembah untuk selamanya setelah hari ini.” Maka pada saat itu pula Allah Subhanahu wa Ta’ala mengirimkan bala bantuan dari langit berupa 1000 pasukan yang tidak dapat dilihat oleh mata kaum Muslimin tapi bisa dilihat oleh pasukan Quraisy yakni para malaikat. Pada saat itu Auf bin Al-Harits juga bertanya kepada beliau, “Wahai Rasulullah, apa yang membuat Tuhan tersenyum kepada hamba-Nya?”
Rasulullah ﷺ menjawab : “Bila ia menjulurkan tangannya ke tengah musuh tanpa mengenakan baju besi.”
Seketika itu juga Auf melepaskan baju besi yang dikenakan dan melemparkannya begitu saja. Kemudian dia mengambil pedang dan menyerang musuh hingga gugur di medan perang.
Kemudian Rasulullah ﷺ memerintahkan pasukan agar melakukan serangan balik karena serangan musuh tidak lagi gencar dan semangat mereka sudah mengendur. Langkah ini sangat ampuh untuk mengukuhkan posisi pasukan Muslimin. Pasukan Muslimin dengan cepat melakukan serangan secara serentak dan gencar. Mereka mencerai beraikan barisan musuh hingga jatuh korban bergelimpangan di pihak Quraisy. Semangat mereka semakin berkobar setelah melihat Rasulullah ﷺ terjun ke medan laga sambil mengenakan baju besi dan berteriak dengan suara lantang untuk menyemangati mereka.
⏳ Akhir Peperangan
Pertempuran hampir mendekati masa akhir, pasukan Quraisy semakin goyah dan lemah hingga banyak pemuka pemuka Quraisy yang terbunuh dalam peperangan ini termasuk Abu Jahal. Hal ini membuat pasukan Muslimin semakin mudah untuk menawan dan menghabisi lawan sampai akhirnya kekalahan menimpa pasukan Quraisy dan peperangan dimenangkan oleh Rasulullah ﷺ dan kaum Muslimin.
Setelah peperangan berakhir, Rasulullah ﷺ berkeliling dan berdiri di dekat korban dari orang- orang musyrik dan berkata, “Keluarga yang paling buruk terhadap nabi kalian adalah diri kalian, Kalian mendustakan aku ketika Orang-orang membenarkan aku. Kalian menelantarkan aku ketika Orang-orang menolongku. Kalian mengusirku ketika Orang-orang melindungiku.” Lalu beliau ﷺ memerintahkan agar tubuh mereka dimasukkan ke dalam sumur yang kotor dan bau.
Dari kisah perang ini kita dapat memetik banyak sekali hikmah dan pelajaran, diantaranya adalah kita harus yakin sepenuhnya terhadap janji Allah Subhanahu Wa Ta’ala kepada orang orang yang beriman dan bertakwa, bersabar dan berusaha sekuat tenaga sambil terus berdoa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, dan tawakkal atas apa yang telah kita usahakan.
🗃Referensi:
1. Al-Qur’an Al-Karim
2. Ar-Rahiq Al-Makhtum, Syaikh Shafiyurrahman Al-Mubarakfuri, Terj. Ahmad Al-Fajri
3. Sirah Nabawiyah – Belajar Meraih Cinta Sejati Kepada Sang Rasul, Firanda Andirja, UFA Publisher, Jilid 3.
Tinggalkan Balasan