Peristiwa Isra’ dan Mi’raj Nabi Muhammad Shallahu ‘Alaihi Wa Sallam

Penulis : Sumayyah

Tatkala Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam mengalami kesedihan dan kesulitan ketika berdakwah, Allah Ta’ala menghibur beliau dengan peristiwa Isra’ dan Mi’raj. Jika diartikan secara bahasa, Isra’ adalah perjalanan yang dilakukan di malam hari dan mi’raj artinya naik.  Lalu arti secara keseluruhan, Isra’  dan Mi’raj adalah perjalanan Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam di malam hari dari Masjidilharam ke Masjidilaqsha kemudian naik ke sidratulmuntaha. Sebelum perjalanannya dari Masjidilharam ke Masjidilaqsha, Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam mengalami pembelahan dada kedua kalinya oleh Jibril.Kemudian pada malam tersebut, Rasulullah shalallahu alaihi wasallam pergi bersama Jibril dengan mengendarai buroq. Allah Ta’ala menyebutkan peristiwa ini dalam Al-Qur’an surat. Al-Isra ayat 1.

Allah Ta’ala berfirman:

سُبْحٰنَ الَّذِيْۤ اَسْرٰى بِعَبْدِهٖ لَيْلًا مِّنَ الْمَسْجِدِ الْحَـرَا مِ اِلَى الْمَسْجِدِ الْاَ قْصَا الَّذِيْ بٰرَكْنَا حَوْلَهٗ لِنُرِيَهٗ مِنْ اٰيٰتِنَا ۗ اِنَّهٗ هُوَ السَّمِيْعُ الْبَصِيْرُ

“Mahasuci (Allah), yang telah memperjalankan hamba-Nya (Muhammad) pada malam hari dari Masjidilharam ke Masjidilaqsa yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar, Maha Melihat.”

Sesampainya Rasulullah shalallahu alaihi wasallam di langit pertama, beliau bertemu dengan Nabi Adam lalu memberi salam kepadanya. Dia membalasnya dan menyambut beliau serta mengakui kenabian beliau. Kemudian dilanjutkan naik ke langit kedua sampai langit ketujuh,setelah itu naik lagi ke sidratulmuntaha hingga bertemu dengan Allah Ta’ala. Pada setiap langit yang dilewati, beliau bertemu dengan para Nabi. Di antaranya, di langit kedua, beliau bertemu dengan Nabi Yahya bin Zakaria dan Nabi Isa bin Maryam, kemudian di langit ketiga, beliau bertemu dengan Nabi Yusuf, lalu di langit keempat bertemu dengan Nabi Idris, kemudian di langit kelima bertemu dengan Nabi Harun, setelah itu di langit keenam bertemu dengan Nabi Musa, dan di langit ketujuh bertemu dengan Nabi Ibrahim. Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam juga memberi salam kepada para nabi yang ditemuinya lalu mereka membalas salamnya dan menyambut beliau serta mengakui kenabian beliau. Ketika Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam tiba di sidratulmuntaha dan naik lagi untuk bertemu dengan Allah Ta’ala maka di situlah Allah Ta’ala mewahyukan kepada hamba-Nya,mewajibkan kepadanya 50 waktu salat. Kemudian beliau kembali hingga melewati Nabi Musa.

Nabi musa lalu bertanya kepada beliau, “Apa yang diperintahkan kepadamu?” Beliau menjawab, “50 waktu shalat.” Nabi Musa berkata, “Umatmu pasti tidak sanggup melakukan itu, kembalilah ke Rabbmu dan mintalah keringanan untuk umatmu!”

Lalu Jibril membawa Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam naik lagi hingga membawanya ke hadapan Allah Ta’ala. Setelah itu Allah Ta’ala menguranginya menjadi 10 waktu sholat. Kemudian Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam turun dan memberitahu hal tersebut kepada Nabi Musa. Dia berkata kepada Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam, “Kembalilah lagi kepada Rabbmu dan mintalah keringanan!” Beliau terus mondar-mandir antara Nabi Musa dan Allah, hingga akhirnya Allah Ta’ala menjadikannya 5 waktu sholat. Nabi Musa kemudian memerintahkan Beliau agar kembali kepada Rabb dan meminta keringanan lagi. Namun Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam tidak kembali lagi karena malu kepada Allah Ta’ala. Sesungguhnya beliau lebih memilih untuk menerima.

Keesokan harinya, Rasulullah  shalallahu ‘alaihi wa sallam menceritakan perjalanan ini kepada orang lain. Namun mereka tidak ada yang percaya kepada beliau. Hanya Abu bakar saja yang memercayainya. Maka dari itu, Abu bakar dijuluki dengan Ash-Shiddiq.

Dari kisah Isra’ dan Mi’raj ini, kita tidak mengetahui dengan pasti tanggal terjadinya peristiwa tersebut. Namun, kita dapat mengambil pelajaran bahwa: salat lima waktu memiliki kedudukan penting dalam islam sebagai tiang agama. Sebagai muslim, kita wajib menaati perintah Allah Ta’ala dan menjauhi larangan-Nya, serta beriman kepada risalah yang dibawa oleh rasul-Nya.

 

Referensi:

1.  Al-Qur’anul Karim

2. Ar-Rahiqul Makhtum, Syaikh Shafiyurrahman Al-Mubarakfuri, cet. Pustaka Al-Kautsar, Jakarta.

3. Fikih Sirah Mendulang Hikmah dari Sejarah Kehidupan Rasulullah, Prof. Dr. Zaid bin Abdul Karim Az-Zaid, cet. Darus Sunnah, Jakarta.

4. Yufid. TV. (2020, 11 Mei). Sirah Nabawiyah #14 -Peristiwa Mi’raj Rasulullah- Ust Dr. Firanda Andirja, M.A.. [Video]. YouTube. https://www.youtube.com/watch?v=L0MvUI0zVrQ