🪴Penulis: Neisya Iffah Zahrah
Garis Keturunan yang Mulia
Saat telah memasuki usia senjanya, ia berbicara, “Aku telah berbaiat kepada Rasulullah dan sampai saat ini, aku tidak pernah merusak atau mengingkari janji itu. Aku tidak pernah berbaiat kepada pengobar fitnah dan tidak pula membangunkan orang mukmin kala tidurnya.” Kalimat tersebut merupakan rangkuman kisah hidup seorang lelaki saleh yang dikarunia usia panjang hingga melebihi 80 tahun.
Lelaki itu ialah Abu Abdirrahman Abdullah bin Umar bin Al-Khatthab Al-Qurasyi Al-Adawi atau yang lebih akrab kita sebut sebagai Ibnu Umar adalah putra dari sahabat senior Nabi shallallahu ‘alayhi wa sallam, Umar bin Al-Khatthab radhiyallahu ‘anhu, dan juga adalah saudara laki-laki Hafshoh binti Umar, salah satu dari Ummahatul Mukminin. Beliau dilahirkan dua tahun setelah Rasul diutus, lalu masuk Islam saat berusia empat tahun bersamaan dengan keislaman ayahandanya.
Kecintaannya Kepada Allah, Rasul-Nya, dan Agama-Nya
Abdullah mulai mengabdikan dirinya pada agama Islam sejak berusia 13 tahun, ketika ia ingin menyertai sang ayah dalam perang Badar, dengan harapan mendapat tempat dalam deretan para pejuang, seandainya tidak ditolak oleh Rasulullah karena usianya yang masih terlalu muda.
Abdullah selalu memperhatikan apa saja yang dilakukan oleh Rasulullah lalu menirunya secara cermat dan teliti. Ketika Rasulullah mendirikan salat di suatu tempat, maka Ibnu Umar pun melakukan hal yang sama di tempat itu. Di tempat lain, Rasulullah pernah berdoa sambil berdiri, maka Ibnu Umar akan turut berdoa di tempat itu pula sambil berdiri. Maka Ketika di tempat lain Rasulullah berdoa sambil duduk, Ibnu Umar pun akan berdoa disana sambil duduk.
Bahkan, ia tidak lupa ketika unta tunggangan Rasulullah berputar dua kali di suatu tempat di Mekkah sebelum beliau turun dari atas untanya untuk melakukan salat dua rakat, meski barangkali unta itu berputar karena mencari tempat yang cocok baginya untuk menderum. Namun, Ibnu Umar tetap melakukan hal itu persis sesuai dengan perbuatan Rasulullah.
Kesetiaannya yang sangat tulus dalam mengikuti jejak Rasulullah ini telah mengundang pujian dan decak kagum dari Ummul Mukminin Aisyah, sehingga ia mengatakan, “Tidak seorang pun yang mengikuti jejak langkah Rasulullah di tempat-tempat persinggahan beliau sebagaimana yang dilakukan oleh Ibnu Umar.”
Satu hal lain yang sangat menyerupai ayahnya ialah air matanya bercucuran setiap mendengar ayat-ayat peringatan dari Al-Qur’an, dan terkadang ia menangis hingga janggutnya dibasahi oleh air mata.
Ibnu Umar adalah manusia yang sangat dermawan, seseorang yang saat mendapat kiriman sebanyak empat ribu dirham lalu membagi-bagikannya, sehingga esoknya ia membelikan makanan untuk hewan tunggangannya secara hutang.
Begitulah bila orang yang gurunya Muhammad dan ayahnya Umar; luar biasa dan mampu menggabungkan hal-hal istimewa, kedermawanan, kezuhudan, dan kewara’an membuktikan secara nyata bahwa ia adalah seorang pengikut terpercaya dan seorang putra teladan.
📥 Referensi
Khalid, Muhammad. Terjemahan Biografi 60 Sahabat Nabi. Cetakan Ummul Qura, Jakarta, 2020.
Faqih, Muhammad Nur. “Biografi Abdullah bin Umar radhiyallahu ‘anhuma.” 2023. Diakses dari: https://muslim.or.id/83764-abdullah-bin-umar.html#_ftn2.
Follow us
•Instagram : https://www.instagram.com/fahimna.red?igsh=emFlaTN0eDl5dHM4
•Telegram : https://t.me/fahminachannel