🪴Penulis: Neisya Iffah Zahrah
Sesaat setelah Mu’awiyah II putra Yazid meninggalkan jabatan khalifahnya, semua orang menaruh harapan agar Ibnu Umar lah yang mengisi kekosongan itu, hingga Marwan menemuinya dan hendak membaiatnya, namun Ibnu Umar lagi–lagi menolak karena orang–orang dari wilayah timur enggan membaiatnya. Sedangkan yang saat itu Ibnu Umar inginkan adalah persatuan kaum muslimin.
Di tengah carut marut kondisi Bani Umayyah ini, Ibnu Umar mampu bertahan sekokoh gunung pada pendiriannya, dan tak bosan mengisi kekosongan aspek agama pada kehidupan kaum muslimin. Beliau wafat pada tahun 73 H di usia 85 tahun. Semoga Allah tempatkan Ibnu Umar di sebaik-baiknya tempat, aamiin.
Sikapnya sebagai Alim pada Masa Dinasti Umayyah
Sejak hari dimana ia ditolak oleh Rasulullah untuk mengikuti perang Badar sampai ia mencapai usia 85 tahun, Ibnu Umar adalah lelaki tekun yang selalu mendekatkan diri pada Allah. Ia tidak pernah bergeser pendiriannya, dan tidak pernah menyimpang dari baiat yang telah diikrarkannya, atau melanggar janji yang telah diucapkannya.
Semasa hidupnya, Ibnu Umar sudah berkali-kali ditawarkan hingga didesak oleh kaum muslimin agar menerima jabatan khalifah. Dimulai sejak setelah terbunuhnya Utsman sampai tiba masa pemerintahan dinasti Umayyah, Ibnu Umar selalu berpegang lurus pada keyakinannya agar tidak ada setetes darah pun yang tertumpah oleh tangannya, sehingga dalam setiap kekacauan dan perpecahan yang dialami kaum muslimin, Ibnu Umar selalu memilih untuk tidak berpihak pada salah satu pihak manapun.
📥 Referensi
Khalid, Muhammad. Terjemahan Biografi 60 Sahabat Nabi. Cetakan Ummul Qura, Jakarta, 2020.
Faqih, Muhammad Nur. “Biografi Abdullah bin Umar radhiyallahu ‘anhuma.” 2023. Diakses dari: https://muslim.or.id/83764-abdullah-bin-umar.html#_ftn2.
Follow us
•Instagram : https://www.instagram.com/fahimna.red?igsh=emFlaTN0eDl5dHM4
•Telegram : https://t.me/fahminachannel