MENGATASI KECANDUAN MEDIA SOSIAL DI KALANGAN PEMUDA: TANTANGAN DAN SOLUSI

✍🏼 Penulis Artikel: Helsyadhien Rajvii Malihah

❄️ Kecanduan media sosial terkadang membuat seseorang terbawa arus dengan akhlak-akhlak yang buruk. Misalnya berkata kasar, berkata kotor, bergunjing, saling mengolok-olok, dan sebagainya. Tidak hanya itu, produktivitas seseorang bisa menurun disebabkan kesibukannya dengan gawai. Kebanyakan pemuda kurang menyadari dampak buruk dari media sosial karena mereka sudah terbawa arus dan sudah nyaman berselancar di dunia maya.

Media sosial seperti Facebook, Instagram, dan Twitter telah menjadi bagian penting dari kehidupan pemuda, menawarkan ruang untuk berinteraksi, berbagi, dan berekspresi. Namun, kecanduan media sosial membawa tantangan baru, seperti dampak negatif pada akhlak seseorang, penurunan produktivitas, kesehatan mental, dan sebagainya. Namun, bukan berarti hal-hal tersebut melarang seseorang dari penggunaan media sosial. Artikel ini akan membahas lebih lanjut terkait permasalahan kecanduan media sosial dan solusinya.

✨Pembahasan

Kecanduan seseorang pada perkembangan teknologi seperti media sosial akan menyebabkan perubahan dalam penggunaannya. Media sosial yang awalnya digunakan untuk mencari sesuatu yang dibutuhkan, justru beralih menjadi sarana hal yang tidak bermanfaat, seperti digunakan untuk mengetahui kehidupan orang lain dan berusaha untuk tidak tertinggal hal baru. Hal tersebut menyebabkan seseorang menjadi kurang bersyukur, padahal Allah Ta’ala berfirman:

“Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih” (QS. Ibrahim: 7)

Media sosial memiliki dampak bagi individu, baik positif maupun negatif. Media sosial dapat mempererat tali silaturahmi dimana pun dan kapan pun, menjadi sumber dalam mendapatkan informasi, sarana dalam mengembangkan keterampilan, maupun wadah dalam mengembangkan bisnis dengan cara promosi di media-media sosial. Di sisi lain, kecanduan media sosial dapat membuat individu rentan terlibat cyberbullying, kualitas interaksi sosial yang menurun, cenderung merasa depresi dan kesepian, mendorong perasaan tidak aman, dan meningkatkan perilaku phubbing.

Maraknya pengguna sosial di zaman sekarang membuat para pemuda menjadi lebih bebas berekspresi di dunia maya tanpa adanya pembatas. Kebebasan berekspresi yang berlebihan dan tidak terkontrol bisa mempengaruhi akhlak seseorang, yang mana ia bebas untuk memberi komentar yang kurang bijak, menyebarkan hal-hal yang kurang bermanfaat, saling adu kekayaan, saling mengolok-olok, dan sebagainya. Padahal sejak ribuan tahun lalu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam telah memberikan nasehat tentang waktu luang: “Barang siapa yang beriman dengan Allah dan hari akhir, maka hendaknya ia berkata yang baik atau diam.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Kecanduan media sosial dapat mempengaruhi kesehatan mental pemuda dengan meningkatkan kecemasan, depresi, dan rasa tidak puas. Dampak sosialnya meliputi penurunan kualitas hubungan interpersonal dan isolasi sosial, karena pemuda mungkin lebih memilih berinteraksi secara virtual daripada secara langsung. Orang yang kecanduan sering merasa cemas dan kurang puas dengan hidupnya karena terlalu sering membandingkan diri dengan orang lain di internet. Mereka juga bisa merasa terisolasi dan kurang berinteraksi dengan orang-orang di sekitarnya. Selain itu, kecanduan ini bisa mengganggu tidur dan konsentrasi, yang berpengaruh pada produktivitas dan kualitas hidup sehari-hari.

Penurunan produktivitas seseorang juga dipengaruhi oleh kecanduan media sosial. Waktu yang dihabiskan untuk berinteraksi di platform media sosial sering kali mengalihkan perhatian dari kegiatan yang lebih produktif, seperti belajar atau bekerja. Rasulullah shallallahu‘ alaihi wasallam bersabda: “Dua nikmat yang kebanyakan manusia lalai (tertipu) karenanya adalah nikmat sehat dan waktu yang luang.” (HR. Bukhari).